Kearifan Budaya: Kunci Pengurangan Kemiskinan yang Efektif

0
15

Pendekatan tradisional terhadap pengentasan kemiskinan seringkali memprioritaskan bantuan materi – makanan, tempat tinggal, dan bantuan keuangan. Namun, penelitian baru menunjukkan bahwa pemahaman budaya sama pentingnya, atau bahkan lebih penting, untuk dampak berkelanjutan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Michigan mengungkapkan bahwa program psikososial yang dirancang untuk memberdayakan perempuan di Niger, Afrika Barat, akan jauh lebih efektif jika diselaraskan dengan nilai-nilai lokal dibandingkan dengan model yang diterapkan di negara-negara Barat.

Batasan Intervensi Berpusat pada Barat

Penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences ini menantang asumsi bahwa teori psikologi yang berlaku secara universal dapat mendorong perubahan perilaku lintas budaya. Studi ini menemukan bahwa intervensi yang berakar pada saling ketergantungan – yang menekankan keharmonisan sosial, rasa hormat, dan kemajuan kolektif – jauh lebih efektif bagi perempuan Niger dibandingkan intervensi yang didasarkan pada ambisi individu dan kemandirian.

Ini bukan sekadar menghormati kepekaan budaya; ini tentang memahami bagaimana agensi – kemampuan untuk mengambil tindakan dan membentuk kehidupan seseorang – pada dasarnya dipahami secara berbeda di berbagai budaya. Di Niger, hak pilihan bukan hanya tentang pencapaian individu; hal ini sangat terkait dengan hubungan, status komunitas, dan kesejahteraan kolektif.

Studi Tiga Bagian

Penelitian ini berlangsung dalam tiga fase:

  1. Analisis Deskriptif: Para peneliti pertama kali memetakan model agensi yang dominan di kalangan perempuan di pedesaan Niger, dan menemukan penekanan yang kuat pada saling ketergantungan.
  2. Validasi Empiris: Analisis selanjutnya menegaskan bahwa faktor-faktor relasional – seperti kedudukan sosial – memainkan peran penting bersama dengan faktor-faktor pribadi seperti efikasi diri dalam kemajuan ekonomi perempuan.
  3. Ujian Intervensi: Eksperimen terkontrol membandingkan intervensi psikologis yang dikembangkan di Barat dengan adaptasi “bijaksana budaya” yang didasarkan pada saling ketergantungan. Hanya intervensi yang disesuaikan dengan budaya yang terbukti meningkatkan hasil perekonomian perempuan dalam satu tahun.

Beyond Niger: Implikasinya terhadap Pengentasan Kemiskinan Global

Temuan ini menunjukkan bahwa teori dan intervensi psikologis yang dikembangkan di masyarakat Barat, Terpelajar, Terindustrialisasi, Kaya, dan Demokratis (WEIRD) mungkin tidak cukup – bahkan kontraproduktif – jika diterapkan di negara lain. Studi ini menyoroti perlunya intervensi yang selaras dengan budaya yang menghormati pandangan dunia dan nilai-nilai komunitas yang beragam.

Implikasinya melampaui Niger. Menurut penulis utama Catherine Thomas, AS dapat memperoleh manfaat dari pendekatan serupa dalam pengentasan kemiskinan, dengan berupaya memahami tujuan dan model mental penerima bantuan berpenghasilan rendah.

Intinya adalah kemiskinan bukan semata-mata masalah ekonomi; ini adalah tantangan multidimensi yang menghabiskan sumber daya psikologis dan dibentuk oleh konteks budaya. Mengabaikan faktor-faktor ini akan membatasi efektivitas intervensi yang bertujuan baik sekalipun.

Penelitian ini menggarisbawahi bahwa pengentasan kemiskinan yang sesungguhnya memerlukan lebih dari sekedar uang tunai; hal ini menuntut kearifan budaya.